Minggu, 30 Desember 2007

Sepotong Senja Untuk Pacarku


Kukirimkan sepotong senja ini untukmu, …., dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata. Sudah terlalu banyak kata didunia ini…., dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. ….. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. setiap kata bisa digantikan artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita …. .

———– ++ ————-

Kukirimkan sepotong senja untukmu …., bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.

———– ++ ————-

Dengan ini kukirimkan pula kerinduan ku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi didunia.

[Seno Gumira Ajidarma, 1991]


Selasa, 25 Desember 2007

an ocean apart

Julie Delpy 'An Ocean Apart' (OST film Before Sunshine)

----------------

Now we are together, sitting outside in the sunshine
But soon we'll be apart and soon it'll be night at noon
Now things are fine, the clouds are far away up in the sky
But soon I'll be on a plane and soon you'll feel the cold rain
............
Time goes by, N people cry, N everything goes too fast.

-------------

unique, about how life would be
at one moment, all the things are fine, the clouds are far away up in the sky
but, in another moment, soon it'll be night at noon
time goes by, everything goes too fast.
time went by, and then we died, everything went too fast.

Kamis, 20 Desember 2007

....daRi seBuah Blog....

Beberapa orang menghabiskan waktu pergi ke tanah suci
Berharap bertemu Tuhan atau suara kenabian
Tapi lalu pulang ke rumah dengan membawa amarah yang sama

Sebagian yang lain memilih untuk berperang
Dengan segala ingin menjadi pahlawan bagi ibu pertiwi
Namun justru mendapat kepahitan juga sumpah serapah

Tapi aku hanya ingin tidur di atas dadamu, manisku
Mendengar detak jantung yang berketuk teratur
Atau sekedar berlama-lama menghitung jumlah rambut halus di atas bibir mungilmu yang berbicara cepat
Kemudian mendapati beberapa bulu mata lentikmu jatuh di pipi yang bersemu merah

Beberapa orang mencari keindahan ke tempat-tempat terjauh di belahan bumi yang lain
Menikmati matahari terbenam di pucuk-pucuk Piramida Giza
Menyusuri Sungai Rhein yang syahdu
Atau memandang kota tua Konstantinopel membelah Eropa dan Asia dari ketinggian menara Hagia Sophia

Tapi aku hanya ingin berbicara membunuh waktu denganmu tentang hutan-hutan di pegunungan Leuser yang menipis
Atau mungkin juga mengenai salju di Puncak Jayawijaya yang menjadi air di sungai Memberamo
Atau, ah ya, juga tentang ketakutan para perempuan suku Anak Dalam di Jambi akan pohon-pohon yang tumbang
Lalu kemudian giliranmu bercerita tentang Nusa Tenggara dengan bukit tandusnya
Atau mungkin sekedar memandangmu yang bertutur kisah ke bumi Borneo yang lembab
Di teras rumahmu yang nyaman sambil ditemani anjing-anjingmu yang lucu

Ada yang pantas mendapati dirinya memperoleh hadiah Nobel karena mampu mengangkat harkat para perempuan miskin di Banglades
Atau mendapat anugerah Pritzker dengan ceceran karya dari New York hingga Berlin
Tapi aku sudah menjadi manusia bahagia ketika melihat diriku terpantul di retina matamu yang jernih, sayangku

*bY PrabhamWulung, 2007*

Rabu, 19 Desember 2007

My First Time to Qurban

Idul Adha kali ini cukup berkesan. Karena menyaksikan sendiri hewan yang dikurbankan atas nama diriku, disembelih di depan mata hingga dikuliti dan dikoyak2 dagingnya untuk kemudian dibagikan pada kaum dhuafa.

Awalnya sih bingung: antara qurban or nggak ya tahun ini. Secara kan baru bisa 'menghasilkan' walopun gak banyak, masa sih pelit banget ga nyobain qurban. Mama tuh yang paling ngomporin buat merealisasikannya. Tapi aku masih yang mikir2: "Ma, gajiku kan dikit banget ma. Bukankah berqurban itu bagi yang mampu?". Uniknya, si mamah malah bilang gini, dan kalimat tsb sangat berkesan dan tertoreh dalam2 di benakku: "Ayo cobain dulu, gpp gaji dikit tapi kan berkah nanti. Toh bahkan Nabi Ibrahim malah merelakan anak yang dicintainya. Masa' kamu ama duit aja gak rela sih?". Trus juga, ternyata 'si mas' malah udah sering melakukan hal yang sama dan juga bilang "aku juga gajinya kecil, tapi qurban2 aja tuh ren"

Huhu ^_^ terimakasih untuk orang2 terkasih yang berada di sekitarku. Semuanya senantiasa mengingatkan pada banyak kebaikan.

Uniknya, mama sengaja mengajak aku buat menyaksikan langsung pemotongan hewan qurban di lapangan mesjid deket rumah. Secara ya biasanya gw kan orang yang sangat malas keluar rumah, apalagi ketemu orang2 komplek. hehe, individualis mode-on. Biar akunya 'get da feel' dan akhirnya akan senang berkurban lagi di tahun2 ke depan, gitu kata mama.

Gini ceritanya:

Si Mbe, bernomor punggung 24 itu (dengan postur tegak, berkulit coklat dan tampak sehat), pas aku dateng ke lapangan, dia lagi asik makan rumput, sementara teman2nya yang lain mah udah pada deg2an kali (karena yang lain tuh malah ada di bawah tenda semua, dia doank sendirian lagi makan rumput dengan cueknya). Gak tau kenapa, kok aku malah dapet Mbe yang cuek banget kayak gitu. Entah itu dia cuek banget karena 'oon' or IQ-nya jeblok, or entah dia cuek banget karena emang tukang makan N gak peduli ama suasana sekitar, yg penting makan. Emang sih, hasilnya perutnya ndut.

Trus, dia sempet meronta pas lagi asik2 merumput eh tiba2 ditarik untuk dibawa ke bawah tenda. Agak2 lincah tuh Mbe (
Hihi, aneh, kok tuh mbe' kayaknya banyak miripnya ya ama akyuu ^_^). Terlebih pas digotong dan dibawa ke tempat pemotongan, duh tambah meronta2 dia. Kemudian, perlahan lehernya digorok, sambil orang2 beramai mengumandangkan Takbir. Daku dalam hati cuma berdoa: "maafkan daku ya mbek, semoga dirimu bermanfaat bagi banyak orang."

Sampai lehernya sudah setengah putus pun, si mbe masi tampak meronta2. Kakinya sempat tampak menendang2 dengan gesit. Napasnya putus2. Mata dan giginya masi tampak terbuka. Giginya tampak tersusun rapih lho. Honestly, aku iri sama giginya si mbe :(

Ada sekitar 20 menit aku nyaksiin si mbe sakaratul maut.
N finally cuma bisa bilang: Selamat jalan mbe, aku temenin kok kamu sampe dikuliti, disayat2 N dibagikan ke tangan yang berhak.

Sebelum mbe digantung untuk dikuliti, kepalanya benar2 diputus terlebih dahulu (duh, gw ibarat nyaksiin sisi2 agresi manusia saat pemotongan hewan qurban itu. jd mikir: pantes aja yaa banyak orang yang milih jd vegetarian aja, mungkin disebabkan ketidaktegaan pada hewan2 yang dijadikan makanan manusia ini. trus gw juga jd mikir: pantes aja ada manusia yg bisa jadi kanibalisme, toh ama hewan aja kayaknya gak punya hati kok, kenapa ama manusia nggak bisa? toh manusia kan dari jenis 'hewan' juga kan? ck..ck..ck...kebanyakan mikir nih gw :p). Setelah kepalanya diputus, badannya digantung untuk dikuliti, smentara kepalanya dikumpulkan dengan kepala2 mbe lainnya (jd inget video kerusuhan Poso, yg manusia menenteng2 kepala manusia. Hiiyy!).

Si mbe dikulitin, sampai smooth tinggal dagingnya aja. Trus dagingnya dipotong2, dimasukin ke plastik2, hingga akhirnya dibagikan.

Trus, sebagaimana lazimnya orang yang berqurban, biasanya pihak panitia ngasi juga ke kita sedikit bagian dari daging yang diqurbankan tsb. Aih, si mama lagi mau nyiap2in nyate nih pas gw ngetik blog ini. Gw tega gak ya nyicipin satenya? Heuheu..., gak kebayang sadisnya gw klo hewan yg tadi gw liatin detil2 pemotongannya, trus akhirnya gw makan pula dengan senang hati. Ahyak! kayaknya, taon ini gw gak makan sate idul adha deh.
Ngamar aja ah.


P.S.
Cerita kali ini sengaja tanpa foto2 obyek yang diceritakan. Bukannya kenapa2, cuman sungguh gak tega banget gw motonya, apalagi jika poto tsb di pajang di Blog N bakalan sering diliat terus. Duh, mendingan gak usah poto2an deh.

Minggu, 02 Desember 2007

Akan Menjadi Kenangan

Hari ini diminta jd pembicara oleh salah satu penerbit di Jakarta. Bawain materi 'Split of Personality'. Acara tsb di prakarsai oleh mhsw lintas universitas di Jakarta, dan sejak awal mengkontak diriku mereka sudah mempertanyakan ttg honor, takut kemahalan dan mereka gak mampu bayar katanya :)

Gak tau kenapa, aku dari dulu klo ditanyain soal honor (apalagi pada orang yg membutuhkan ilmuku), suka sungkan aja nargetinnya. Mungkin takut jd membatasi kalangan orang yg bisa merasakan manfaat ilmuku kali ya klo aku nargetin honor. Berkaitan dengan hal ini, bbrp orang srg mengingatkan agar aku menetapkan standard honor sebagai bagian dari profesionalitas. Tapi, lagi2 gak tau kenapa, omongan orang2 tsb cuma kayak 'masuk kuping kanan keluar kuping kiri' aja kali yaa :), maap :)

Uniknya, si panitia yang mengundangku tsb akhirnya memberi kenang2an berupa bingkisan makanan, buku dan pernik2 lainnya yang dibungkus ala parsel. Hehe, unik karena baru kali ini ngerasain 'bayaran' sbg pembicara dengan bingkisan. Unik, karena ternyata aku udah ngerasain ragam reward mulai dari duit yg 'ala kadarnya' ampe duit yang 'berjuta2' untuk satu kali tampil, sertifikat aja, sampe parsel macem kali ini.

Unik lagi, karena kejadian hari ini bikin aku flash back. Dulu, pas jaman KKN (Kuliah Kerja Nyata.red) di daerah pedalaman Karawang, aku pernah dibawain pisang bertandan2 dan kelapa berbutir2 oleh muridku (waktu itu aku ngajar SD) yg rumahnya di balik bukit. Ngebayangin perjalanannya dia aja udah jauh banget agar bisa sampai ke tempat aku menginap di daerah bawah bukit, apalagi ngebayangin dia tuh gotong2 pisang N kelapanya pake bambu dipikul di pundak, jalan kaki pula dari rumahnya. Bayangin anak sekecil itu: kelas 5 SD! Duh, terharu, N beneran terekam betul di memoriku hingga saat ini.

Terimakasih ya Tuhan, Engkau anugerahkan mata ini, telinga ini, dan hati ini sebagai pencatat detil2 kejadian yang menghampiriku. Semoga 'mereka' lah kelak yang akan membantuku dalam 'kesaksian' di sidang akhirat Mu nanti. Amen.

Biografi untuk putriku

Dear my child, wherever u are rite now (mungkin masi di alam malakut :p)

Daku rasanya amazing manakala melihat mata2 kecil seorang bocah, jadi suka ngehayal: ntar klo punya anak, seru banget kali ya bisa merasakan detil2 pertumbuhannya dari mulai di dalam rahim, menyaksikan perubahannya (fisik dan psikis) dari masa ke masa, hingga akhirnya masaku lah yg akhirnya habis dan tinggal menjadi sejarah.

Sebelum masa itu tiba, masa di mana daku tinggal menjadi sejarah saja, ingin rasanya menuliskan detil2 kejadian yang kusaksikan tentang 'kejadianmu' duhai bidadari kecilku. Akan kutulis Biografi Tentang Putriku dan kuhadiahkan di hari kematianku. Agar kelak, kau akan tetap merasakan kasih sayang dan cintaku melalui tulisanku tersebut.

Semoga kau menjadi anak yang gemar membaca ya. At least, gemar membaca tulisan ibumu. Yang narcis ini.